Selasa, 16 September 2014

Laporan Pendahuluan Askep Atrial Septal Defect (ASD)

Atrial Septal Defect
Laporan Pendahuluan Atrial Septal Defect (ASD)

Pengertian

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kaan dan atrium kiri.Pengertian lain ASD adalah suatu defek jantung kongenital asianotik,dimana terdapat lubang abnormal pada septum abnormal. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrom Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakro.

Defek septum atrial atau Atrial Septum Defect adalah gangguan septum atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menuup secara sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur. Angka kejadian ASD berkisar 1 dari 1500 kelahiran hidup. Lubang septum tersebut dapat terjadi di bagian mana saja dari septum namun bagian tersering adalah pada bagian foramen ovale yang disebut dengan ostium sekundum ASD.

Kelainan ini terjadi akibat dari resorpsi atau penyerapan berlebihan atau tidak adekuatnya pertumbuhan dari septum.Patent Foramen Ovale (PFO) yang terjadi pada 20% yang populasi bukanlah ASD yang sebenarnya.Foramen ovale merupakan lubang pada janin yang terdapat diantara rongga atrium.Pada saat lahir,lubang ini akan menutup secara alami dan secara anatomis akan menutup sempurna pada bayi usia 6 bulan dengan cara bergabung dengan septum atrial. PFO terjadi apabila didapatkan kegagalan penutupan atau penggabungan dengan septum atrial.



Etiologi

Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.

Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
  • Ibu menderita infeksi Rubella
  • Ibu alkoholisme
  • Umur ibu lebih dari 40 tahun
  • Ibu menderita IDDM
  • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
  • Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
  • Ayah atau ibu menderita PJB
  • Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
  • Lahir dengan kelainan bawaan lain


Manifestasi klinik

Anak dengan defek optium sekundum paling sering, dan lesi mungkin tidak ditemukan selama pemeriksaan fisik. Bahakan ASD sekundum sangan besar sangat jarang menimbulkan gagal jantung yang jelas secara klinis pada masa anak, pada anak yang lebih tua berbagai tingkat intoleransi latihan fisik mungkin ditemukan. Sering kali tingkat keterbatasan tidak tampak pada keluarga sampai sesudah perbaikan secara bedah, ketika tingkat aktivitas anak bertambah dengan jelas. Pada anak dan bayi yang lebih tua tanda – tanda fisik biasa khas tetapi tidak kentarak dan memerlukan pemeriksaan yang teliti dan perhatian khusus pada suara jantung.
Nadi normal. Kuat angkat ventrikel kanan teraba dari linia stanalis kiri ke linia midklavikularis. Suara jantung prtama keras dan kadang – kadang ada klik ejeksi pulmunal. Kebanyakan penderita, suara jantung kedua pada linia parasternalis kiri atas memebelah lebar dan pembelahannya konstan pada semua fase respirasi. Tanda – tanda auskultasi ini khas dan adalah defek yang meningkatkat defek yang menghasilakn kenaikan volume diastolik ventrikel kanan secara konstan dan waktu ejeksi yang diperpanjang. Bising sistolik adalah tipe ejeksi, nada sedang, tanpa kualitas yang keras, jarang siseratai oleh getaran, dan paling baik di dengarkan pada linia parasternalis kiri, media dan atas. bising ini dihasilkan oleh bertambahnya aliran yang melewati saluran aliran keluar ventrikel kanan ke dalam arteri pulmunaris. Bising middiastolik, pendek, lumbal yang dihasilkan oleh bertambahnya volume aliran darah yang melewati katup trikuspidalis sering dapat didengar di linia parasternalis bawah. Tanda ini, yang mungkin kentara dan terdengar terbaik dengan setoscop corong, merupakan suatu tanda diagnostik yang sangat baik dan biasanya menunjukkan rasio shunt sekurang – kurangnya.



Patofisiologi

Patofisiologi yang terjadi adalah;
  • Lubang abnormal diantara dua atrium yang mengakibatkan darah mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (dari yang mengandung oksigen ke yang tidak mengandung oksigen) karena tekanan pada sisi kiri jantung lebih tinggi.
  • Peningkatan volume darah atrium kanan diejeksikan ke dalam ventrikel kanan dan akhirnya terjadi hipertropi ventrikel kanan karena menampung banyak darah.

Pada kasus Atrial septal defect yang jarang terjadi komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut.normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kna berkurang.hal ini berakibat volume serta ukuran atrium kana dan ventrikel kanan meningkat.jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang meningkat shunt dari kiri ke kanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Einsenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat,arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan ke kiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

Perjalan yang terjadi adalah :
  • Darah dari atrium kiri masuk ke atrium kananà beban pada ventrikel kanan,A,pulmonalis,kapiler paru,atrium kanan.
  • Tahanan A.pulmonalis naikàperbedaan tekanan ventrikel kanan dan A,pulmonalisàbising sistolik (bising stenosis relatif katup pulmonal)
  • Lama-kelamaan terjadi peningkatan ventrikel kana yang permanen.


Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi :
  • Gagal jantung
  • Penyakit pembuluh darah paru
  • Endokarditis
  • Obstruksi pembuluh darah pulmonal(hipertensi pulmonal)
  • Aritmia
  • Henti jantung
  • ASD dan VSD

Pemeriksaan penunjang
  1. Laboratorium
  2. Foto thorax
  3. EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH
  4. Echo
  5. Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
  6. TEE (Trans Esophageal Echocardiography)

Penatalaksanaan

Terapi medis
  • Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada masa anak berusia 5 -10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi Eisenmenger umumnya menunjukkan prognosis buruk
Terapi non medis
  • Pemberian oksigen
  • Pemberian cairan dan nutrisi
  • Pemberian prostaglandin E1
  • Koreksi terhadap gagal jantung dan disritmia
  • Koreksi terhadap kelainan metabolik

Laporan Pendahuluan Askep Atrial Septal Defect (ASD)

Pengkajian

1) Biodata
  • Terutama lebih banyak menyeraang anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
2) Keluhan Utama
  • Nyeri
3) Riwayat Penyakit Sekarang
  • Sesak nafas sianosis, kelemahan, nafas cepat, nyeri.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
  • Pernah menderita penyakit jantung.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
  • Didalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung.
6) Activity Daily Life
  • Nutrisi : Anoreksa, mual, muntah, kadang – kadang terjadi.
  • Aktivitas : Mengalami kelemahan fisik, letih, lelah.
  • Istirahat tidur : Mengalami gangguan karena sesak.
  • Eliminasi : Memerlukan bantuan
  • Personal Hygiene : Memerlukan bantuan
7) Pemeriksaan
  • Aktivitas ventrikel kanan jelas teraba parasternal kanan, dan thrill (25%) di sela iga II atau kiri, pada auskultasi didapatkan sistolis mur – mur II , pada defect besar didapatkan.
  • Efection sistolik mur – mur
  • Flow mur – mur
  • Mur – mur pernsistolic di apex bila terdapat mitral defectelert.
  • Wide fixed split bunyi jantung.
  • Pada foto thorax pembesaran jantung, atrium kanan, atrium kiri dan arteri menonjol.

Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
  2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
  3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan(isolasi sosial)
  4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
  5. Resiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi
  6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit ASD.

Rencana Keperawatan dan Rasional

Diagnosa I : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur

Intervensi
  1. Beri digoksin sesuai dengan program,dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
  2. Beri obat penurunan afterload sesuai program.
  3. Beri diuretik sesui program.

Diagnosa 2 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen

Intervensi
  1. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
  2. Anjurkan permainan dan aktifitas yang tenang.
  3. Bantu anak memilih yang sesaui dengan usia, kondisi, dan kemampuan.

Diagnosa 3 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan(isolasi sosial)

Intervensi
  1. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
  2. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan
  3. Izinkan anak untuk menata ruangannya sendiri dan batasan aktifitas karena anak akan beristirahat bila lelah

Diagnosa 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah

Intervensi
  1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
  2. Beri istirahat yang adekuat
  3. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami

Diagnosa 5 : Resiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi

Intervensi
1. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi, gagal jantung kongestif :
  • Takikardi,khususnya selama istirahat dan aktifitas ringan
  • Takipnea
  • Keringat banyak dikulit kepala,khususnya pada bayi
  • Keletihan
  • Mual
  • Muntah
  • Anoereksia
  • Bradikardi
  • Hipoksia-sianosis,gelisah.
2. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
  • Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
  • Tetap tenang
  • Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
  • Hubungi praktisi
3. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga
4. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
5. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan


Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit ASD.

Intervennsi
  1. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan anxietas
  2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah
  3. Bantu keluarga untuk menentukan aktifitas fisik dan metide disiplin yang tepat untuk anak.


Evaluasi 

Proses : langsung setelah setiap tindakan
Hasil : tujuan yang diharapkan
  1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia.
  2. Anak berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang sesuai dengan usia
  3. Anka bebas dari komplikasi pasca bedah
  4. Anak mempertahankan oksigenasi yang adekuat
  5. Anak mempertahankan status nutrisi yang adekuat
  6. Anak mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

Senin, 15 September 2014

Laporan Pendahuluan Askep Arteriosklerosis

Laporan Pendahuluan Askep Arteriosklerosis
Arteriosklerosis

Konsep dasar Penyakit

Anatomi Fisiologi

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh. Saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompanya. Fungsi pembuluh darah mengangkut (transportasi) darah dari jantung ke seluruh tubuh ke seluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung. Fungsi ini disebut sirkulasi darah dibagi menjadi dua, yaitu arteri dan vena.
Terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima (interna), tunika media, dan tunika eksterna (adventitia). Darah ini biasanya mengandung oksigen, pengecualian dibuat untuk paru dan arteri umbilikalis. Sistem peredaran darah ini sangat penting untuk mempertahankan hidup dan kehidupan manusia. Fungsi tepatnya adalah bertanggung jawab atas pengiriman oksigen dan nutrisi ke semua sel didalam tubuh, serta penghapusan karbondioksida dan produk-produk limbah, pemeliharaan optimum pH, mobilitas dari unsur protein dan sel-sel dari sistem kekebalan tubuh. Di negara maju, ada dua penyebab utama meningkatnya kematian yaitu infark miokard dan stroke.

Pembuluh darah utama dimulai dari aorta yang keluar dari ventrikel sinistra melalui belakang kanan arteri pulmonalis, membelok ke belakang melalui radiks pulmonalis kemudian turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma, selanjutnya ke rongga panggul dan berakhir pada anggota gerak bawah.
Fungsional sirkulasi bagian-bagian yang berperan dalam sirkulasi adalah :
  1. Arteri : mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat pada arteri;
  2. Arteriola : cabang kecil dari arteri, berfungsi sebagai kendali dimana darah dikeluarkan ke dalam kapiler dan mengubah aliran darah ke kapiler sbagai respons terhadap kebutuhan jaringan;
  3. Kapiler : berfungsi untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit hormone, dan lain-lain. Bersifat sangat tipis dan permeable, terhadap molekul kecil;
  4. Venula : berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap dan bergabung menjadi vena yang semakin besar;
  5. Vena : saluran penampung mengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung. Oleh karena tekanan pada system vena sangat rendah, maka dinding vena sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi sehingga darah ekstra dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh.
Secara anatomis sistem vaskular terdiri atas sistem-sistem yaitu :
  1. Sistem distribusi : arteri dan arteriola berfungsi sebagai pentranspor dan penyalur darah ke semua organ, jaringan, dan sel tubuh, serta mengatur alirannya kebagian tubuh yang membutuhkan.
  2. Sistem difusi : pembuluh darah kapiler yang ditandai dengan dinding yang tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses difuusi bahan di dalamnya seperti karbondioksida, oksigen, zat gizi, dan sisa metabolisme sehingga sel darah dapat melaluinya.
  3. Sistem pengumpul : berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler dan pembuluh limfe langsung dari system vena yang berfungsi mengalirkan darah kembali ke jantung. System sluran vaskuler merupakan system tertutup. Kontraksi dan relaksasi jantung menimbulkan perrubahan tekanan yang mampu memompakan darah dari jantung kembali ke jantung.

Anatomi Jantung

  • Beban Awal
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Meningkatnya beban awal sampai titik tertentu memperbanyak tumpang tindih antara filament-filamen aktin dan miosin, sehingga kekuatan kontraksi dan curah jantung meningkat. Hubungan ini dinyatakan dengan Hukum Starling, yaitu peregangan serabut-serabut miokardium selama diastol akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada sistol (Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995).

Beban awal dapat meningkat dengan bertambahnya volume diastolik ventrikel, misalnya karena retensi cairan, sedangkan penurunan beban awal dapat terjadi pada diuresis. Secara fisiologis, peningkatan volume akan meningkatkan tekanan pada akhir diastol untuk menghasilkan perbaikan pada fungsi ventrikel dan curah jantung, namun pada ventrikel yang gagal, penambahan volume ventrikel tidak selalu disertai perbaikan fungsi ventrikel. Peningkatan tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan bendungan paru atau sistemik, edema akibat transudasi cairan dan mengurangi peningkatan lebih lanjut dari volume dan tekanan.

Perubahan dalam volume intrakardia dan perubahan akhir pada tekanan bergantung pada kelenturan daya regang ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang sangat besar, daya regangnya dapat menampung perubahan volume yang relative besar tanpa peningkatan tekanan yang bermakna. Sebaliknya, pada ruang ventrikel yang gagal, yang kurang lentur, penambahan volume yang kecil dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang bermakna dan dapat berlanjut menjadi pembendungan dan edema ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).
  • Kontraktilitas
Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi atau keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam panjang serabut. Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis akan menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas miokardium ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).
  • Beban Akhir
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai untuk mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace , ada tiga variabel yang mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius intraventrikel, tekanan sistolik ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius intraventrikel. Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai konsekuensi lain dari gagal jantung dapat mengurangi beban akhir ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).

Fisiologi

Perfusi yang adekuat menghasilkan oksigenasi dan nutrisi terhadap jaringan tubuh dan sebagian bergantung pada sistem kardiovaskuler yang berfungsi baik. Aliran darah yang memadai bergantung pada kerja pemompaan jantung yang efisien. Pembuluh darah yang paten dan respons, serta volume sirkulasi darah yang cukup. Aktivitas sistern saraf, kekentalan darah dan kebutuhan metabolisme ja¬ringan menentukan kecepatan aliran darah sehingga mempengarulii juga aliran darah yang adekuat.

Sistem vaskuler terdiri atas dua sistem yang saling bergantung: jantung kanan memompa darah ke paru melalui sirkulasi paru, dan jantung kiri memompa darah ke semua jaringan tubuh lainnya melalui sirkulasi sistemik. Pembuluh darah pada kedua sistem merupakan saluran untuk pengangkutan darah dari jantung ke jaring¬an dan kembali lagi ke jantung. Kontraksi ventrikel menyuplai tcnaga dorong untuk mengalirkan darah mela¬lui sistem vaskuler. Arteri mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan, sementara vena mengangkut darah yang terdeoksigenasi dari jaringan ke sisi kanan jantung. Pembuluh kapiler, yang terletak di antara jaringan, menghubungkan sistem arteri dan vena dan merupakan tempat pertukaran nutrisi dan sisa meta¬bolisme antara sistem sirkulasi dan jaringan. Arteriol dan venula yang terletak tepat disebelah kapiler, bersama dengan kapiler, menyusun sirkulasi mikro.

Sistem limfa melengkapi fungsi sistem sirkulasi. Pembuluh limfa mengangkut limfa (cairan serupa plas¬ma) dan cairan jaringan (mengandung protein kecil, sel, debris jaringan) dari ruang interstisial ke sistem vena.
1. Fisiologi otot jantung
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus rangsangan bagi jantung.
2.Fungsi umum otot jantung.
a) Sifat Ritmisitas/otomatis.
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada keadaan fisiologis, sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang tinggi.
b) Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segara dapat mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormon tertentu.
c) Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.

Pengertian

Aterosklerosis (Atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur.

Atherosclerosis_3.jpgPenyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri. Lemak ini kemudian mengental, mengeras (membentuk deposit kalsium), dan akhirnya mempersempit saluran arteri sehingga mengurangi suplai oksigen maupun darah ke organ-organ tubuh. Timbunan lemak yang mengeras di dinding arteri ini disebut plak. Bila plak menutupi saluran arteri sepenuhnya, jaringan yang disuplai oleh arteri akan mati. Bila arteri jantung (arteri koroner) yang tersumbat, maka akan terkena angina, serangan jantung, gagal jantung kongestif, atau irama jantung abnormal.


Penyebab

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.

Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri.

Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).

Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:
  1. Tekanan darah tinggi
  2. Kadar kolesterol tinggi
  3. Perokok
  4. Diabetes (kencing manis)
  5. Kegemukan (obesitas)
  6. Malas berolah raga
  7. Usia lanjut
Pria memiliki resiko lebih tinggi dari wanita. Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya.


Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan, tetapi tidak satupun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak; konsolidasi thrombus akibat efek fibrin; perdarahan kedalam plak; dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler disebelah distal plak yang pecah.

Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.


Manifestasi Klinik/gejala


Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan.

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak.


Pemeriksaan Diagnostik

Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis:
  • ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lenga
  • Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena
  • Skening ultrasonik Duplex
  • CT scan di daerah yang terkena
  • Arteriografi resonansi magnetik
  • Arteriografi di daerah yang terkena
  • IVUS (intravascular ultrasound). (http//:mediacore.com)


Asuhan Keperawatan (Askep) Arteriosklerosis

1. Pengkajian

Data yang harus dikaji pada pasien yang mengalami aterosklerosis atau arteriosklerosis sangat tergantung pada lokasi yang terkena. Bila pembuluh darah koroner yang terkena maka tanda dan gejala klinisnya sesuai dengan tanda dan gejala klinis angina pectoris atau infark miokard akut. Bila otak yang terkena maka tanda dan gejala klinis yang dikaji sesuai dengan kasus stroke. Penyakit angina pectoris, infark miokard dan stroke akan dibahas tersendiri. Pengkajian keperawatan yang akan kami fokuskan disini adalah gangguan perfusi perifer selain yang mengenai organ tersebut di atas. Data subyektif yang mungkin didapat : nyeri mendadak atau dirasakan pilu, kram, kelelahan atau kelemahan. Nyeri istirahat bersifat menetap, ngilu, dan tidak nyaman dan biasanya terjadi di bagian distal ekstremitas. Perasaan dingin atau baal pada ekstremitas terjadi akibat penurunan aliran arteri. Kaji pula tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan penyakitnya. Data obyektif yang mungkin didapat : ekstremitas yang terkena akan tampak pucat saat ditinggikan dan sianosis saat tergantung. Warna dan suhu ekstremitas dicatat. Perubahan kulit dan kuku, ulkus, gangren dan atropi otot bisa tampak jelas. Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilap, atropi dan kering disertai pertumbuhan rambut yang jarang. Denyut nadi perifer dapat melemah atau hilang sama sekali.


2. Diagnosa Keperawatan

a. Bila mengenai jaringan perifer ;
  • Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
  • Nyeri b,d gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen ke jaringan,
  • Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.

b. Bila dilakukan tindakan pembedahan

Pra Bedah :
  • Ansietas b.d rencana pembedahan yang kompleks.
Post Bedah :
  • Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan/saraf saraf akibat luka operasi.
  • Risiko infeksi b.d adanya port de entry (luka operasi)
  • Risiko kerusakan integritas kulit b.d luka operasi.

c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
  • Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.


3. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Bila mengenai arteri perifer.

1) Gangguan perfusi jaringan :
  • Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
  • Anjurkan untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
  • Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas bertahap.
  • Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.
  • Anjurkan pasien untuk tidak merokok.
  • Beri penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan penatalaksanaan stres.
  • Anjurkan untuk menghindari menyilang kaki.

2) Mengatasi nyeri :
  • Kaji respons pasien terhadap nyeri.
  • Jelaskan penyebab nyeri.
  • Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
  • Kolaborasi pemberian analgetik.

3) Mencegah kerusakan integritas kulit :
  • Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
  • Instruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
  • Dorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang tertekan.
  • Dorong pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi dengan sabun netral, mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
  • Jelaskan dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen vitamin B dan C yang adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.

b. Bila dilakukan pembedahan 
Pra Bedah :

4) Menurunkan ansietas :
  • Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.
  • Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
  • Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
  • Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.

Post Bedah :

5) Mengatasi nyeri akut :
  • Kaji dan pantau tanda-tanda nyeri.
  • Jelaskan penyebab nyeri.
  • Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
  • Kolaborasi pemberian analgetik.

6) Risiko infeksi :
  • Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
  • Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
  • Rawat luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
  • Kolaborasi pemberian antibiotika.

7) Risiko kerusakan integritas kulit :
  • Kaji dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
  • Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih.
  • Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin.
  • Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit.

c. Jika dianjurkan modifikasi gaya hidup :

8) Kurang pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya hidup.
  • Kaji tingkat pengetahuan pasien.
  • Jelaskan cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
  • Diskusikan hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya hidup.


4. Implementasi

  • Dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang disusun dalam rencana keperawatan

5. Evaluasi

a. Bila mengenai jaringan perifer :
  • Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
  • Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan analgetik dengan baik.
  • Kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi trauma dan iritasi kulit.

b. Bila dilakukan pembedahan 
Pra bedah :
  • Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.

Pasca bedah :
  • Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
  • Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
  • Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik, integritas kulit terjaga.

c. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :
  • Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.

Laporan Pendahuluan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Definisi

Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi asupan metabolic


Factor yang berubungan
Ketidak mampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau menyerap nutrient akibat factor biologis, psikologis atau ekonomi termasuk beberapa contoh non nanda berikut:
  • Ketergantungan zat kimia
  • Penyakit kronis
  • Kesulitan mengunyah atau menelan
  • Factor ekonomi
  • Intoleransi makanan
  • Kebutuhan metabolic tinggi
  • Reflek mengisap pada bayi tidak efektif
  • Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
  • Akses terhadap makanan terbatas
  • Hilang nafsu makan
  • Mual dan muntah
  • Pengabaian oleh orang tua
  • Gangguan psikologis

Batasan karakteristik

Penulis menyarankan penggunaan diagnosis ini hanya jika terdapat satu diantara tanda nanda berikut:
  • Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh
  • Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolic, baik kalori total maupun zat gizi tertentu
  • Kehilangan berat baan dengan asupan makanan yang adekuat
  • Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari RDA.

Subjektif:
  • Kram abdomen
  • Nyeri abdomen
  • Menolak makan
  • Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makan
  • Melaporkan perubahan sensasi rasa
  • Melaporkan kurangnya makanan
  • Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
Objektif:
  • Pembuluh kapiler rapuh
  • Diare atau steatore
  • Bukti kekurangan makanan
  • Kehilangan rambut yang berlebihan
  • Bising usus hiperaktif
  • Kurang informasi/informasi yang salah
  • Kurangnya minat terhadap makanan
  • Rongga mulut terluka
  • Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mnengunyah

Saran penggunaan

Gunakan iagnosis ini untuk pasien yang dapat makan, tetapi tidak dapat mencerna, ingesti, atau menyerap zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolic secara adekuat. Jangan gunakan diagnosis ini secara rutin untuk individu yang dianjurkan puasa atau individu yang benar-benar tidak mampu memasukkan makanan untuk alas an lainnya. Perawat tidak dapat memprogramkan intervensi secara mandiri untuk diagnosis ini, karena perawat tidak dapat memberikan nutrisi yang hilang dan tidak dapat mengubah instruksi puasa.
Pasien dapat mengalami deficit nutrisi total atau mungkin dapat terjadi defisiensi nutrisi hanya pada satu jenis nutrisi.


Hasil & NOC

NOC:
  • Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengubatan
  • Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari payudara ibu untuk memperoleh nutrisi selama tiga minggu pertama menyusui
  • Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic
  • Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang mengindikasikan status nutrisi
  • Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam
  • Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
  • Perawatan diri: makan; kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
  • Berat badan: masa tubuh; tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin dan usia.

Tujuan atau criteria hasil
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
  1. tidak adekuat
  2. sedikit adekuat
  3. cukup adekuat
  4. adekuat
  5. sangat adekuat


Indicator
1
2
3
4
5
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV

Pasien akan:
  • mempertahankan berat badan…. Kg ata bertambah…kg pada…..(tglnya)
  • menjelaskan komponen gizi adekuat
  • mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
  • menoleransi diet yang dianjurkan
  • mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
  • memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
  • - melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi NIC
  1. Bantuan pemberian asi; mempersiapkan ibu baru untuk menyusui bayinya
  2. Manajemen gangguan makan; mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan dan memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya
  3. Manajemen elektrolit; meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi dari akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan
  4. Pemantauan elektrolit; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
  5. Pemantauan cairan; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
  6. Manajemen cairan/elektrolit; mengatur dan mencegah komplikasiakibat perubahan kadar cairan dan elektrolit
  7. Konseling laktasi; menggunakan proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan keberhasilan menyusui
  8. Manajemen nutrisi; membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
  9. Terapi nutrisi; pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic pasien yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi
  10. Bantuan perawatan diri: makan; membantu individu untuk makan
  11. Bantuan menaikkan berat badan; memfasilitasi pencapaian kenaikan berat badan.

Aktivitas keperawatan

Aktivitas umum untuk semua ketidak seimbangan nutrisi
Pengkajian
  • Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
  • Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
  • Manajemen nutrisi:
  • Ketahui makanan kesukaan pasien
  • Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
  • Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
  • Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
  • Ajarkan metode untuk perencanaan makan
  • Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
  • Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
  • Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami ketidakadekuatak asupan protein
  • Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap, pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
  • Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
  • Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi asupan nutrisiyang adekuat
  • Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Aktivitas lain
  • Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
  • Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien’
  • Suapi pasien jika perlu
  • Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein, tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat jadwal makan jika perlu

Kesulitan mengunyah dan menelan
Pengkajian
  • Kaji dan dokumentasi derajat kesulitan mengunyah dan menelan
Aktivitas kolaboratif
  • Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi
Aktivitas lain
  • Yakinkan pasien dan berikan lingkungan yang tenang selama makan
  • Siapkan kateter penghisap disamping tempat tidur dan alat pengisap selama makan, bila diperlukan
  • Ubah posisi psien semifowler atau fowler
  • Letakkan makanan pada mulut yang tidak bermasalah untuk memudahkan menelan
  • Manajemen nutriei; anjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu


Mual/muntah
Pengkajian
  • Identifikasi factor pencetus mual muntah
  • Catat warna, jumlah dan frakuensi
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
  • Instruksikan pasien agar menarik napas dalam perlahan dan menelan secara sadar untuk mengurangi mua dan muntah
Aktivitas kolaboratif
  • Berikan obat antiemetic atau analgetik sebelum makan sesuai dengan indikasi
Aktivitas lain
  • Minimalkan factor yang dapat menimbulkan mual dan muntah, sebutkan faktornya.
  • Tawarkan kain basah dingin untuk diletakkan diatas dahi atau dibelakang leher
  • Tawarkan hygiene mulut sebelum makan
  • Batasi diet untuk es batu dan air putih jika gejala parah, tingkatkan diet bila perlu

Kehilangan selera makan
Pengkajian
  • Identifikasi factor yang mempengaruhi kehilangan selera makan pasien
Aktivitas lain
  • Berikan umpan balik positif terhadap pasien yang menunjukkan selera makan
  • Berikan makanan yang sesuai dengan keadaan dan keinginan klien
  • Manajemen nutrisi: tawarkan kudapan jika perlu
  • Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi sesuai keinginan pasien

Gangguan makan
Pengkajian
  • Pantau perilaku pasien yang berhubungan penurunan berat badan
Aktivitas kolaboratif
  • Konsultasikan pada ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian klien yang dibutuhkan
  • Laporkan kepada dokter jika pasien menolak makan
  • Bekerja sama dengan dokter , ahli gizi dan pasien untuk merencenakan tujuan asupan dan berat badan
  • Rujuk untuk memperoleh perawatan kesehatan jiwa, jika perlu
Aktivitas lain
  • BHSP dan mendukung dengan pasien
  • Komunikasikan harapan terhadap kesesuaian asupan makanan dan cairan serta latihan fisik
  • Pertahankan makan pasien sesuai jadwal
  • Temani pasien kekamar mandi sehabis makan dikhawatirkan pasien memuntahkan sengaja
  • Gali bersama keluarga pasien terhadap isu yng dapat mengurangi gangguan makan
  • Diskusikan keuntungan perilaku makan yang sehat dan dampak ketidakpatuhan

Perawatan dirumah
  • Semua intervensi diatas dapat diadaptasi untuk perawatan dirumah
  • Apabila ada diagnosis depresi, rujuk kepelayanan kesehatan jiwa dirumah

Untuk bayi dan anak-anak
  • Sesuaikan cara berkomunikasi saudara dengan tahap perkembangan anak
  • Ajarkan orang tua dan anak tetang pentingnya memilih kudapan yang sehat, bukan makanan yang tinggi gula, garam atau lemak
  • Apabila memungkinkan dan diperlukan batasi asupan susu anak sehingga anak berselera untuk makan makanan
  • Ajarkan orang tua mengenai nutrisi yang diperlukan pada masing masing perkembangan
  • Jangan membiasakan waktu makan menjadi arena berperang antara orang tua dan anak
  • Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering


Untuk lansia
  • Kaji kemmapuan kognitif dan fungsional yang mengganggu kemampuan pasien untuk mempersiapkan makanan dan memakan makanan
  • Kaji apakah pasien dapat membeli makanan yang cukup
  • Jika pasien hidup seorang diri bantu dalam menemukan bantuan komunitas yang menyediakan makanan untuk lansia
  • Kaji pasien terhadap kurang protein dan energy yang umum terjadi pada lansia
  • Atur untuk memperoleh suplemen tinggi protein sesuai kebutuhan
  • Kaji apakah depresi menjadi penyebab selera makan
  • Kaji kemungkinan efeksamping obat yang mungkin menyebabkan kehilangan selera makan

Rabu, 03 September 2014

Laporan Pendahuluan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Laporan Pendahuluan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Definisi

Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih

Factor yang berubungan
  • Lingkungan; merokok, menghisap asap rokok, perokok pasif
  • Obstruksi jalan napas; terdapat benda asing dijalan napas, spasme jalan napas
  • Fisiologis; kelainan dan penyakit


Batasan karakteristik

Subjektif
  • Dispne
Objektif
  • Suara napas tambahan
  • Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
  • Batuk tidak ada atau tidak efektif
  • Sianosis
  • Kesulitan untuk berbicara
  • Penurunan suara napas
  • Ortopnea
  • Gelisah
  • Sputum berlebihan
  • Mata terbelalak

Saran penggunaan

Gunakan kunci batasan karakteristik di table dibawah untuk membedakan secara hati-hati diantara diagnosisi ini dan dua diagnosisi pernapasan alternative. Jika batuk dan reflrk muntah tidak efektif atau tidak ada sekunder akibat anastesi gunakan resiko aspirasi, bukan ketidak efektifan bersihan jalan napas agar berfokus pada pencegahan aspirasi, bukan mengajarkan batuk efektif

Diagnosisi keperawatan
Ada
Tidak ada
Gannguan pertukaran gas
Gasdarah yang tidak normal
Hipoksia
Perubahan status mental
Batu tidak efektif
Batuk
Ketidakefektifan pola napas
Penampilan usaha napas pasien; napas cuping hidung, penggunaan otot aksesoris, pernapasan bibir mencucu, gas darah abnormal
Takikardi, gelisah
Batuk tidak efektif
Obstruksi atau aspirasi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Batuk, batuk tidak efektif
Perubahan dalam frekuensi atau kedalaman pernapasan
Biasanya disebabkan peningkatan atau membandelnya secret atau obstruksi
Gas darah abnormal

Alternative diagnosis yang disarankan
  1. Resiko aspirasi
  2. Ketidakefektifan pola napas
  3. Gangguan pertukaran gas

Hasil & NOC

Hasil NOC:
  • Pencegahan aspirasi; tindkaan personal untuk mencegah masuknya cairan atau partikel padat kedalam paru
  • Status pernapasan: ventilasi; pergerakan udara yang masuk dan keluar ke dan dari paru
  • Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka untuk pertukaran gas

Tujuan atau criteria evaluasi
  • Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan napas
  • Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
  1. gangguan eksterm
  2. berat
  3. sedang
  4. ringan
  5. tidak ada gangguan

Indikator
1
2
3
4
5
Kemudahan bernapas
Frekuensi dan irama pernapasan
Pergerakan sputum keluar dari jalan napas
Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas

Pasien akan:
  • batuk efektif
  • mengeluarkan secret secara efektif
  • mempunyai jalan napas yang paten
  • pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
  • mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
  • mempunyai fungsi paru dalam batas normal
  • mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah

Intervensi NIC
  1. Manajemen jalan napas; memfasilitasi kepatenan jalan napas
  2. Pengisapan jalan napas; mengeluarkan secret jalan napas dengan cara memasukkan kateter pengisap kedalam jalan napas oral atau trakea pasien
  3. Kewaspadaan aspirasi; mencegah atau meminimalkan factor resiko pada pasien yang berisiko terhadap aspirasi
  4. Manajemen asma; mengidentifikasi, mengobati, dan mencegah reaksi inflamasi dijalan napas
  5. Pemantauan pernapasan; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat
  6. Peningkatan batuk; meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat keturunan intratoraksik dan kompresi parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara
  7. Pengaturan posisi; mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis
  8. Bantuan ventilasi; meningkatkan pola napas spontan yang optima, yang memaksimakan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru

Aktivitas keperawatan

Pengkajian
  • Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
  • keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
  • keefektifan obat resep
  • kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia
  • frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
  • factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan
  • Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan
  • Pengisapan jalan napas (NIC):
  • tentukan pkebutuhan pengisapan oral atau trakeal
  • pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik dan irama jantung sebelum, selama dan setelah pengisapan
  • catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
  • Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung
  • Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan perawatan
  • Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam
  • Ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat batuk, kalau ada
  • Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan sputum
  • Pengisapan jalan napas (NIC): instruksikan kepada pasien dan keluarga tentang cara melakukan pengisapan, jika perlu
Aaktivitas kolaboratif
  • Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
  • Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung
  • Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi
  • Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan perawatan paru lainnya sesuai protocol
  • Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
Aktivitas lain
  • Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret
  • Anjurkan penggunaan spirometer insentif
  • Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi tempat tidur kesisi yang lainnya setiap dua jam
  • Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan control diri
  • Berikan pasien dukungan emosi
  • Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada
  • Pengisapan nasoparing atau oroparing setiap….
  • Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea jika perlu
  • Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret
  • Singkirkan atau tangani factor penyebab, seperti nyeri, keletihan dan secret yang kental

Perawatan dirumah
  • Instruksikan pasien dan keluarga terlibat dalam perencanaan untuk perawatan dirumah
  • Kaji kondisi rumah untuk keberadaan factor allergen
  • Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cara menghindari allergen

Untuk bayi dan anak-anak
  • Beri penekanan kepada orangtua bahwa batuk sangat penting bagi anak-anak dan bahwa batuk tidak harus diredakan dengan obat
  • Seimbangkan kebutuhan terhadap pembersihan jalan napas dengan kebutuhan untuk menghindari keletihan
  • Biarkan anak memegang stetoskop dan mendengarkan buni napasnya sendiri

Untuk lansia



Sumber:
  • Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
  • http://nsyadi.blogspot.com/search/label/Diagnosa%20NANDA

Selasa, 02 September 2014

Laporan Pendahuluan Gangguan Pertukaran Gas

Laporan Pendahuluan Gangguan Pertukaran Gas

Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida dimembran kapiler-alvioler


Factor yang berubungan
  • Perubahan membrane kapiler-alveolar
  • Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Batasan karakteristik

Subjektif
  • Dispnea
  • Sakit kepala pada saat bangun tidur
  • Gangguan penglihatan
Objektif
  • Gas darah arteri yang tidak normal
  • pH arteri yang tidak normal
  • ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
  • warna kulit tidak normal
  • konfusi
  • sianosis
  • karbondioksida menurun
  • diaphoresis
  • hiperkapnia
  • hiperkarbia
  • hipoksia
  • hipoksemia
  • iritabilitas
  • napas cuping hidung
  • gelisah
  • somnolen
  • takikardi

Saran penggunaan

Gunakan diagnosis ini secara hati-hati, menurunnya aliran gas antara alveoli paru dan system vascular, hanya dapat ditemukan dengan alat pemeriksaan diagnostic secara medis yaitu AGD. Seorang pasien mudah memiliki sebagian besar batasan kaakteristik tanpa secara actual mengalami pertukaran gas alveolar. Lebih baik menggunakan pernyataan diagnostic yang menjelaskan masalah oksigenasi yang dapat didiagnosis dan diatasi secara mandiri oleh perawat, misalnya intoleransi aktivitas. Jika pasien berisiko mengalami gangguan pertukaran gas, tulis masalah kolaborasi yang sesuai, misalna potensial komplikasi tromboflebitis: emboli paru. Lihat saran penggunaan untuk ketidakefektifan bersihan jalan napas, pola napas dan disfungsi penapihan ventilator.

Gangguan pertukaran gas dapat dikaitkan dengan sejumlah diagnosisi medis, selain itu penurunan suplai darah pulmonal dapat terkjadi sekunder akibat hipertensi paru, emboli paru, gagal jantung kongestif, sindrom gawat napas dan anemia.

Alternative diagnosis yang disarankan
  • intoleransi aktivitas
  • ketidakefektifan bersihan jalan napas
  • ketidakefektifan pola napas
  • disfungsi respon penyapihan ventilator
  • gangguan ventilasi spontan

Hasil & NOC

Hasil NOC:
  • Respon alergi: sistemik; keparahan respon hipersensitifitas imun sistemik terhadap antigen lingkungan tertentu
  • Keseimbangan elektrolit dan asam basa; keseimbangan elektrolit dan non elektrolit dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
  • Respon ventilasi mekanis: orang dewasa; pertukaran alveolar dan perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis
  • Status pernapasan: pertukaran gas; pertukaran O2 dan CO2 di alveoli untuk mempertahankan konsentrasi gas darah
  • Status pernapasan: ventilasi; pergerakan udara yang masuk dan keluar ke dan dari paru
  • Perfusi jaringan paru; keadekuatan aliran darah melewati vaskular paru yang utuh untuk perfusi unit alveoli-kapiler
  • TTV; TTv dalam batas normal

Tujuan dan criteria evaluasi
  • Gangguan pertukaran gas berkurang yang dibuktikan oleh tidak terganggunya respon alergi: sistemik, keseimbangan elektrolit dan asam basa, respon ventilasi mekanis: orang dewasa, status pernapasan: pertukaran gas, status pernapasan: ventilasi, perfusi jaringan paru, TTV
  • Menunjukkan status pernapasan: pertukaran gas dan ventilasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
  1. gangguan eksterm
  2. berat
  3. sedang
  4. ringan
  5. tidak ada gangguan


Indikator
1
2
3
4
5
Status kognisi
PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2
Tidal akhir CO2
Dispnea saat istirahat
Dispnea saat beraktivitas berat
Gelisah, sianosis dan somnolen
Frekuensi dan irama pernapasan
Kedalaman inspirasi
Ekspulsi paru
Bunyi napas saat istirahat

Pasien akan:
  • mempunyai fungsi paru dalam batas normal
  • memiliki ekspansi paru yang simetris
  • menjelaskan rencana perawatan dirumah
  • tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
  • tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
  • tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas

Intervensi NIC
  • Manajemen asam basa; meningkatkan keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam basa
  • Manajemen asam basa; asidosis respiratorik; meningkatkan keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat kadar PCO2 serum yang lebih tinggi dari yang diharapkan
  • Manajemen asam basa; meningkatkan keseimbangan asam basa dan mencegah komplikasi akibat kadar PCO2 lebih rendah dari yang diharapkan
  • Manajemen jalan napas; memfasilitasi kepatenan jalan napas
  • Manajemen anafilaksi; meningkatkan ventilasi dan perfusijaringan yang adekuat untuk individu yang mengalami reaksi alergi berat
  • Manajemen asam; mengidentifikasi, mengatasidan mencegah reaksi terhadap inflamasi / konstriksi jalan napas
  • Manajemen elektrolit; meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan elektrolit
  • Perawatan emboli paru; membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami atau berisiko terhadap oklusi sirkulasi paru
  • Pengaturan hemodinamik; mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, afterload dan kontraktilitas jantung
  • Interprestasi data laboratorium; menganalisis secara kritis data laboratorium pasien untuk membantu pengambilan keputusan klinis
  • Ventilasi mekanis; penggunaan alat bantu untuk membantu pasien bernapas
  • Terapi oksigen; memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya
  • Pemantauan pernapasan; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas adekuat
  • Bantuan ventilasi; meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida didalam paru
  • Pemantauan TTV: memantau TTV pasien dalam batas normal untuk mencegah komplikasi

Aktivitas keperawatan

Pengkajian
  • Kaji suara napas, frekuensi kedalaman dan usaha napas, dan produksi sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan alat penunjang
  • Pantau saturasi O2 dengan oksimetri nadi
  • Pantau hasil gas darah
  • Pantau hasil elektrolit
  • Pantau status mental
  • Peningkatan frekuensi pemantauan saat pasien tampak somnolen
  • Manajemen jalan napas (NIC):
  • identifikasi kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan napas aktua atau potensial
  • auskultasi suara napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
  • pantau status pernapasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
  • Pengaturan hemodimnamik (NIC):
  • auskultasi bunyi jantung
  • pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama dan denut jantung
  • pantau adanya edema perifer, distensi vena jugularis dan buni jantung S3 dan S4
  • pantau alat fungsi pacu jantung

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
  • Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan
  • Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
  • Jelaskan pada pasien dan keluarga alas an pemberian oksigen dan tindakan lainnya
  • Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu tidak baik
  • Manajemen jalan napas (NIC):
  • ajarkan tentang batuk efektif
  • ajarkan pada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan sesuai kebutuhan

Aktivitas kolaboratif
  • Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan pada kondisi pasien
  • Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait
  • Berikan obat yang diresepkan untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
  • Persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
  • Manajemen jalan napas (NIC):
  • berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
  • berikan bronkodilator, jika perlu
  • berikan terapi aerosol, jika perlu
  • berikan terapi nebulasi ultrasonic, jika perlu
  • Pengaturan hemodinamik (NIC): berikan obat antiaritmia, jika perlu

Aktivitas lain
  • Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali
  • Berikan penenangan kepada pasien selama periode gangguan atau kecemasan
  • Lakukan oral hygiene secara teratur
  • Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen
  • Apabila oksigen diprogramkan kepada pasien yang memiliki masalah pernapasan kronis, pantau aliran oksigen dan pernapasan secara hati-hati adanya resiko depresi pernapasan akibat oksigen
  • Buat rencana perawatan untuk pasien yang menggunakan ventilator, yang meliputi:
  • meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan ketidaknormalan gas darah arteri, menggunakan ambu bag didekat pasien dan berikan hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan
  • meyakinkan keefektifan pola pernapasan
  • mempertahankan kepatenan jalan napas
  • memantau komplikasi
  • memastikan ketepatan pemasangan slang ET
  • Manajemen jalan napas (NIC):
  • atur posisi untuk memaksimalkan potensia ventilasi
  • atur posisi untuk mengurangi dispnea
  • pasang jalan napas melalui mulut atau nasoparing, sesuai dengan kebutuhan
  • bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau melalui pengisapan
  • dukung untuk bernapas pelan, dalam dan batuk
  • bantu dengan spirometer insentif, jika perlu
  • lakukan fisioterapi dada, jika perlu
  • Pengaturan hemodinamika (NIC):
  • meninggikan bagian kepala tempat tidur, jika perlu
  • atur posisi pasien keposisi trendelenburg, jika perlu

Perawatan dirumah
  • Kaji sumber allergen dan perokok pasif
  • Bantu pasien mengidentifikasi dan menghindari situasi yang dapat mengakibatkan masalah pernapasan
  • Beri penekanan kepada keluarga bahwa seharusnya tidak ada yang merokok dirumah
  • Rujuk untuk mengikuti program berhenti merokok, jika diperlukan
  • Dorong keluarga untuk memasang penyaring udara dirumah
  • Instruksikan pasien dan keluarga untuk perencanaan perawatan dirumah
  • Pertahankan suhu dirumah diatas 20 drajat
  • Rujuk kelaanan bantuan rumah tangga dan layanan pemeliharaan rumah untuk menghemat energy
  • Evaluasi keamanan sumber listrik
  • Jika menggunakan respirator dirumah, laporkan kepolisi dan pemadam kebakaran serta perusahaan penyewa alat

Untuk lansia
  • Pantau pernapasan dengan cermat ketika menggunakan depresan system saraf pusat
Jika diprogramkan menggunakan oksigen gunakan aliran rendah untuk mengantisipasi gawat napas.


Sumber:
  • Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
  • http://nsyadi.blogspot.com/2013/12/gangguan-pertukaran-gas_4102.html